Pada akhir tahun 2015 Sota memiliki sebuah pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang mampu menyuplai kebutuhan listrik setiap hari senin-kamis dan sabtu selama 12 jam, yaitu pukul 18.00-06.00 dan selama 24 jam penuh setiap hari jum'at dan minggu. Listrik beroperasi 24 jam pada hari jum'at dan minggu semata-mata karena pertimbangan hari besar agama. Pada hari jum;at masyarakat muslim beribadah ke masjid untuk shalat jum'at dan pada hari minggu masyarakat nasrani sembahyang ke gereja.
Salah satu hal yang disesalkan oleh masyarakat adalah ketiadaan listrik pada waktu produktif, yaitu pukul 06.00 pagi sampai 18.00 sore. Pemilik toko tak bisa menyalakan kulkas untuk mendinginkan minuman dan daging, pembuat kusen/tukang harus menggunakan genset untuk menyalakan mesinnya, tentu biaya yang harus dikeluarkan tidak efektif antara biaya dan hasil kerja.
Melihat kehidupan perbatasan di Sota mulai menunjukkan perputaran ekonomi yang cukup bagus, kementerian ESDM memeberikan hibah pembangkit listrik tenaga surya (matahari) untuk menyuplai kebutuhan listrik Sota supaya listrik bisa beroperasi selama 24 jam penuh setiap harinya.
Diharapkan pada awal tahun 2016 ini masyarakat Sota mampu menikmati listrik dari PLTS dengan bijak. Supaya tidak mengarah kepada penggunaan listrik konsumtif, masyarakat dihimbau untuk menggunakan listrik pada waktu produktif untuk meningkatkan nilai perekonomian semata-mata demi peningkatan kesejahteraan warga perbatasan.
Indonesia.
No comments:
Post a Comment